Rabu, 05 Juni 2013


PACARAN ISLAMI DALAM NOVEL “AYAT-AYAT CINTA”

ayat-ayat cinta

PACARAN DALAM ISLAM (kajian Analitis terhadap Pemikiran Habiburrahman El-Shirazy dalam Novel Ayat Ayat Cinta)



“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”. (QS. Ali Imran :14).
Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa. Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya.
Tapi, cinta seperti apa yang mampu memberikan rasa indah dalam pandangan manusia? Apakah cinta dalam pacaran termasuk didalamnya?
Pacaran, sebenarnya bukan bahasa devinitif, karena pengertian dan batasannya tidak sama buat setiap orang sesuai dengan pengalaman sosio-kulturalnya. Ada beragam tujuan orang berpacaran. Ada yang sekedar iseng, atau mencari teman bicara, atau lebih jauh untuk tempat mencurahkan isi hati. Bahkan ada juga yang memang menjadikan masa pacaran sebagai masa perkenalan dan penjajakan dalam menempuh jenjang pernikahan. Namun tidak semua bentuk pacaran itu bertujuan kepada jenjang pernikahan. Banyak diantara pemuda dan pemudi yang lebih terdorong oleh rasa ketertarikan semata, sebab dari sisi kedewasaan, usia, kemampuan finansial dan persiapan lainnya dalam membentuk rumah tangga, mereka sangat belum siap. Secara lebih khusus, ada yang menganggap bahwa masa pacaran itu sebagai masa penjajakan, media perkenalan sisi yang lebih dalam serta mencari kecocokan antar keduanya. Semua itu dilakukan karena nantinya mereka akan membentuk rumah tangga. Dengan tujuan itu, sebagian norma di tengah masyarakat membolehkan pacaran. Paling tidak dengan cara membiarkan pasangan yang sedang pacaran itu melakukan aktifitasnya. Maka istilah apel malam minggu menjadi fenomena yang wajar dan dianggap sebagai bagian dari aktifitas yang normal.
Habiburrahman El-Shirazy berusaha mendiskripsikan etika berpacaran Islami dalam novel Best Sellernya; Ayat-ayat Cinta. Ini dapat dilihat dari berbagai sikap dan karakter tokoh-tokoh yang ada. Misalnya, ketika tokoh utama dalam cerita yaitu Fahri diajak berkenalan seorang wanita bule Amerika (Alicia) dengan mengajaknya bersalaman, namun ditolaknya secara halus tanpa sedikitpun menyinggung perasaannya.
“Ini bukan berarti saya tidak menghormati Anda. Dalam ajaran Islam, seorang lelaki tidak boleh bersalaman dan bersentuhan dengan perempuan selain istri dan mahramnya” Aku (Fahri) menjelaskan agar dia (Alicia) tidak salah paham.
Banyak lagi adegan dalam isi cerita yang intinya mendidik remaja muslim bagaimana bergaul dengan sesama, baik mahram maupun bukan mahramnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tetarik untuk mengkaji karya tulis dengan judul “Pacaran dalam Islam (kajian Analitis terhadap Pemikiran Habiburrahman El-Shirazy dalam Novel Ayat Ayat Cinta)”.
CINTA DALAM PANDANGAN ISLAM (KAJIAN ANALITIS TERHADAP PEMIKIRAN HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA)

A. Konsep Pacaran dalam Islam
Istilah konsep dalam Kamus Ilmiah Populer berarti ide umum; pengertian; pemikiran; rancangan; rencana dasar. Dalam Islam sendiri, konsep pacaran tidak dikenal. Tetapi, bukan berarti Islam acuh tak acuh dan phobia terhadap istilah pacaran. Banyak literatur yang membahas secara detail kedudukan pacaran dalam islam. Yang paling terkenal adalah konsep taaruf atau proses perkenalan antara calon suami dengan calon istri sebelum melangsungkan akad nikah. Meskipun taaruf tidak sama dengan istilah pacaran secara umum, namun konsep ini mampu menjadi representasi bahwa Islam turut andil dalam mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.

Adab bergaul dalam Islam telah diatur sedemikian rupa sehingga bagi insan yang mampu dan mau berpikir, tidak akan terjerumus dalam nafsu birahi yang mendorong terjadinya perzinaan. Bukankah Allah SWT secara jelas memperingatkan manusia yang sedang mabuk cinta dengan firman-Nya : “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”( QS 17:32)?
Fenomena yang terjadi dikalangan remaja saat ini sudah jauh meninggalkan konsep taaruf. Dengan mengatas namakan cinta, tidak sedikit orang yang terbius dalam pergaulan tanpa batas. Cipika-cipiki (cium pipi kanan, cium pipi kiri) sudah diklaim sebagai hal yang wajar dalam hubungan lawan jenis. Remaja yang tidak melakukan aktivitas ini dalam masa pacaran dianggap kuno dan katrok (meminjam istilah Thukul Arwana). Jika hal ini berlanjut, setan yang terus menguntit dengan leluasa memainkan jurus-jurus mautnya untuk menyesatkan anak adam ke lembah neraka. Hari ini pegang tangan, besok cium pipi, kemudian cium bibir dan cium yang lain-lain. Apakah ini yang namanya cinta? Sungguh naif bagi mereka yang mengartikan cinta sedangkal itu. Cinta yang seyogyanya mampu menuntun kepada bahtera kebahagiaan, justru dibelokkan arah menuju lorong penyesalan. Kenikmatan semu sesaat terlalu murah untuk digadaikan dengan hakikat kelezatan cinta yang bersifat abadi.

Setan pun tertawa karena berhasil membalas dendam sejarah dan sukses menjalankan misinya. Di sisi lain, manusia yang menjadi korban cinta fatamorgana ini akan menghabiskan masa hidupnya dengan rasa bersalah dan penyesalan yang tak berujung. Secara fisik memang tak terlihat, namun dalam ruang batin dan psikis, luka ini tak akan sembuh seiring dengan berakhirnya waktu.
Diantara adab bergaul yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman yaitu:
• Menjaga mata dari hal-hal yang mampu membangkitkan nafsu syahwat. Sebagaimana firman Allah, ”katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. An-Nur : 30).
• Menjaga tangan dari segala perbuatan yang mampu membangkitkan nafsu syahwat. Banyak hadis yang menjelaskan bagaimana Rasulullah memperingatkan kaumnya tentang hal ini. Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”.(HR. Thabrani dengan sanad hasan).
Karena itu, pergeseran paradigma pacaran dikalangan remaja dewasa ini perlu diluruskan oleh semua pihak. Bukan hanya tugas remaja saja, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti lingkungan, teman, keluarga, sekolah dan media massa. Ingatlah! Allah tidak akan merubah nasib manusia ketika manusia itu sendiri tidak merubahnya.


C.Analisis Terhadap Pemikiran Habiburrahman Emdiatas barang kali berlebihan. Namun, anggapan ini akan sirna seiring dengan penyelaman baris-demi baris cerita yang tersaji dalam karya Kang Abik tersebut.
Nilai nilai dakwah yang tertuang tidak terkesan menggurui sebagaimana yang ditemukan dalam guratan sastra lain. Pesan yang ingin disampaikan melalui Fahri sebagai tokoh utamanya, menjadi tauladan bagi generasi muda sekarang dalam mengarungi samudera cinta sejati.
Fahri merupakan representasi dari laki-laki perfect tanpa cela sedikitpun. Pintar, berkemauan keras, visioner, saleh, teguh pada ajaran Islam dan digandrungi perempuan manapun. Dibalik kesempurnaannya, ternyata Ia menemukan getaran cinta sejati tanpa melalui proses pacaran. Bahkan ketika memutuskan untuk menikah, sama sekali Ia belum mengetahui wajah calon istrinya, apalagi mengenal lebih jauh. Meskipun sebelumnya pernah bertemu, tapi siapa yang mengira jika perempuan yang tanpa sengaja dikenalnya dalam kereta dan kemudian menjadi teman diskusi seputar permasalahan agama, kelak akan menjadi pendamping hidup selamanya. Jodoh memang telah diatur Yang Maha Kuasa. Kang Abik menorehkan dalam karyanya:
“Semoga gadis solehah ini menjadi rizkimu di dunia dan di akherat. Dan siap kau bawa berjuang di mana saja dan walinya menyetujuinya. Ini ada dua album foto dia. Kau bawalah pulang! Kau lihat-lihat. Kau istikharah lagi. Jika kau mantap kau akan aku pertemukan dengan gadis salekhah ini dan walinya” tawaran Syaikh Usman kepada Fahri tentang calon istri yang akan dinikahinya.

Hari berikutnya Fahri menemui Syaikh Usman (gurunya) dan mengatakan kemantapannya untuk menikahi gadis itu. Meskipun begitu Fahri belum sempat melihat album foto calon istrinya karena perasaan tidak berani yang terus melingkupi dirinya. Syaikh Usman berkata pada Fahri:
“kau sudah melihatnya, kau mengenalnya bukan? Aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku sama sekali belum membuka album itu dan Aku sama sekali tidak tahu namanya. Aku diam saja. Gadis itu jadi rasa penasaran dalam hati yang luar biasa. Aku telah menyatakan kemantapanku, tapi Aku belum tahu siapa dia. Aku menjadi orang yang paling penasaran di dunia.
Di saat kebimbangan inilah Fahri hanya bisa berdoa, “Rabbana hablana min azwaajinaa wa dzurriyyaatina qurrata a’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaama! Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami, dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al Furqan: 74).
Kebahagiaan cinta Fahri tidak diperoleh dalam masa pacaran karena Ia sadar betul bahwa cinta sejati dua insan berbeda jenis adalah cinta yang terjalin setelah akad nikah. Yaitu cinta pada pasangan hidup yang sah. Cinta sebelum menikah adalah cinta semu yang tidak perlu disakralkan dan diagung-agungkan.
Pacaran hanya boleh dilakukan apa bila antara laklaki dan perempuan sudah bertekad akan melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Itu pun dengan aturan dan batasan-batasan yang telah ditentukan pula. Tujuannya adalah untuk saling mengenali dan mengerti tabiat dan sifat antara ke dua belah pihak.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses perkenalan antara laki-laki dan perempuan sebelum memutuskan mengarungi mahligai rumah tangga:
1. Utamakan laki-laki/perempuan yang memiliki pemahaman agama yang baik.
2. Sejauh mana konsistensi & semangatnya dalam menjalankan syariat Islam.
3. Bagaimana akhlaq & kepribadiannya.
4. Bagaimana lingkungan keluarga & teman-temannya.
Dalam Islam hubungan lelaki perempuan disucikan sesuci-sucinya tanpa mengurangi keindahan romantismenya. Perasaan gembira, gugup, senang, bahagia, takut, dan campur aduk lainnya menghiasi laki-laki dan perempuan dalam proses taaruf. Apa lagi saat mata berusaha mencuri pandang menyoroti raut wajah sang kekasih.
Selain Fahri perasaan yang sama juga dirasakan Syaikh Usman ketika meminang Ummu Fathi (tokoh lain yang digambarkan dalam novel AAC).
Dalam perjalanan bersama keluarga ke rumah Ummu Fathi, untuk bertemu pertama kalinya sekaligus khitbah, hatiku berdesir, jantungku berdegup, keringat dingin keluar. Tapi saat-saat itulah yang tak terlupakan. Dan ketika kami bertemu. Ummu Fathi mengeluarkan minuaman dengan tangan bergetar. Mata kami sekilas bertemu dan hati diliputi rasa malu yang luar biasa. Kenikmatan istimewa yang karang dirasakan anak muda sekarang, kecuali yang benar-benar menjaga diri dan menjaga hubungan lelaki perempuan dalam adab-adab syar’i.
Dalam kalimat terakhir, terlihat jelas bagaimana Habiburrahman ingin menunjukkan relitas yang terjadi dikalangan remaja saat ini. Pergaulan bebas menjadi ancaman serius bagi moral remaja. Di kota, maupun di desa. Semua sama. Inilah kelebihan Kang Abik yang dimaksudkan dengan berdakwah tanpa menggurui namun esensi dan tujuan mulianya tetap mengena. Bagaimana rasa yang dialami Fahri dan Syaih Usman di atas muncul dalam diri remaja saat ini sebagai keindahan cinta, jika budaya pacaran yang menjalar telah larut memenuhi syahwat kotor belaka?
Budaya yang datang dari luar Islam, kini menjadi trend mode modern yang mengancam generasi muda. Sudah menjadi rahasia umum bahwa free sex sudah menjadi bagian dari life style dan motif dasarnya sudah tidak lagi sebatas himpitan ekonomi. Masih membekas dalam ingatan bagaimana adegan mesum yang dilakikan oleh oknum WAKIL RAKYAT dengan biduan. Mahasiswa yang berseronok ria dengan pasangan kumpul kebo nya, siswa-siswi SMA yang merekam hubungan intim dalam HP mereka dan tersebar melalui media (cetak maupun elektronik) dan lain-lain. Semuanya melengkapi kebobrokan moral bangsa ini.
Harian Bali Post pernah menurunkan beritayang mencengangkan; lebih dari 50% SMU di Bali sudah tidak perawan. Itu belum seberapa. Ada lagi yang membuat telinga meradang; lebih dari 55% mahasiswa di pulau Jawa pernah melakukan kegiatan seks. Masih belum cukup? Jangan khawatir! Tambahan data pelengkap derita batin yaitu 24% dari mereka melakukan hubungan seks di luar nikah, sekitar 20% mahasiswi mwnyatakan kehilangan keperawanannya dan lebih dar 7% telah melakukan aborsi. Masya Allah!Naudzubillah! sudah demikian bekatkah moral remaja di Nusantara ini?
Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran paradigma pacaran secara umum adalah:
• Kurangnya sosialisasi tentang gaya pacaran yang sehat meliputi:
1. Sehat secara fisik seperti tidak tertular penyakit, tidak menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan, tidak menyakiti dan tidak merusak kesehatan orang lain.
2. Sehat secara mental yaitu remaja berarti mempunyai nilai yang kuat, percaya diri, menguasai informasi tentang kesehatan reproduksi (meliputi aspek fisiologis, moral, sosial dan psikologis), mampu berkomunikasi, mampu mengambil keputusan dan siap atas segala resiko dari keputusan yang diambil dan sehat secara sosialnya yang berarti mampu mempertimbangkan nilai – nilai dan norma yang ada dan berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini remaja harus, mempertimbangkan aspek agama yang melarang remaja melakukan aktivitas seksualitas termasuk sentuh menyentuh lawan jenis yang bukan mahramnya apa lagi mengambil gaya pacaran yang tidak sehat seperti berpelukan, berciuman dan sampai hal yang paling jauh yaitu melakukan hubungan seks diluar nikah.
• Memudarnya nilai-nilai luhur budaya.
Budaya kita tidak memperkenankan remaja yang berlawanan jenis berpelukan di depan umum dan melakukan aktivitas yang menjurus ke seksualitas. Budaya yang diwariskan leluhur bangsa telah pudar di mata remaja dan tergerus dahsyatnya budaya luar.
• Kurangnya peran orang tua dalam memberikan pemahaman
pendidikan agama.
Rata-rata pelajar yang terkena kasus hubungan seksual diluar nikah dilakukan atas nama suka sama
suka. Perbuatan itu sebagian dilakukan di rumah atau di tempat
tersembunyi dan sebagian lagi di tempat rekreasi yang suasananya
lengang. Salah satu sebabnya adalah kurangnya pengawasan orang tua terhadap mereka, minusnya pendidikan agama, broken
home (orang tua yang sibuk dan suka bertengkar) dan akibat komunikasi
yang sangat jelek di rumah. Akibatnya, mereka berpacaran secara sembunyi-sembunyi dan
mengikuti hingar bingar pergaulan bebas yang akhirnya menjerumuskan mereka ke dalam perzinaan.
Memang tidak mudah menjalankan konsep pacaran dalam Islam. Terutama bagi mereka yang sama sekali belum tersentuh hatinya akan nilai-nilai ajaran agama. Hanya dengan Commitment (niat atau tekad yang menghunjam dalam kalbu untuk mencapai hidup bahagia), Consistence (satu padunya isi hati dan fikiran dengan ucapan dan tindakan), Consequence (siap menanggung risiko dan memilih melakukan sesuatu dengan bertanggungjawab) dan Continues (sikap sabar melalui proses tahap demi tahap secara berkelanjutan), insyaallah akan dibukakan jalan bagi manusia untuk mencapai ridha-Nya.
l “Pacaran dalam Islam (kajian Analitis terhadap Pemikiran Habiburrahman El-Shirazy dalam Novel Ayat Ayat Cinta)” ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Konsep pacaran dalam Islam sebenarnya tidak ada. Namun, bukan berarti Islam tidak mengatur umatnya dalam pergaulan antar lawan jenis. Diantara konsep yang ditawarkan adalah konsep taaruf.
2. Diantara adab bergaul yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman yaitu menjaga mata dan tangan dari hal-hal yang mampu membangkitkan nafsu syahwat.
3. Dari analisis yang dilakukan penulis terhadap pemikiran Habiburrahman El-Shirazy dalam novel Ayat Ayat Cinta tentang pacaran dalam islam, maka dapat ditarik kesimpulan:
• Melalui novel AAC, Kang Abik menyadari telah terjadi salah persepsi tentang konsep pacaran yang terjadi di dunia remaja saat ini dan ingin merubah pergeseran paradigma tersebut.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran paradigma pacaran di kalangan remaja di antaranya:
 Kurangnya sosialisasi tentang gaya pacaran yang sehat.
 Memudarnya nilai-nilai luhur budaya.
 Kurangnya peran orang tua dalam memberikan pemahaman
pendidikan agama.
B. Saran
Adapun rekomendasi atau saran dari penulis sebagaimana kesimpulan di atas yaitu:
1. Semua pihak harus merekonstruksi dan mendekonstruksi paradigma pacaran yang telah keluar dari nilai-nilai keislaman.
2. Pahamkan para remaja tentang tata cara pergaulan terhadap lawan jenis sesuai nilai-nilai ajaran Islam.
3. Tingkatkan sosialisasi terhadap remaja tentang konsep gaya pacaran sehat.
4. Pertebal pemahaman nilai-nilai luhur budaya.
5. Bagi orang tua hendaknya memperhatikan pendidikan keagamaan anak-anaknya.
Demikian karya tulis ini selesai tersusun. Terima kasih atas partisipasi semua pihak yang telah membantu. Kritik dan saran konstruktif senantiasa diharapkan untyuk memperbaiki berbagai kelemahan dan kekurangan yang ada. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin ya Rabba al ‘alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar