POLA
PENDIDIKAN AGAMA DAN KARAKTER BAGI ANAK TUNAGRAHITA DI SDLB NEGERI 0577704
KWALA BINGAI
KEC. STABAT, KAB. LANGKAT
Handriyatul Akhbar, SPd.I,
Dr. Mardianto, M.Pd, Dr. Rusydi Ananda, M.Pd
Program Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan
Abstrak
Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk
menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual di bawah ratarata
atau bisa juga disebut dengan retardasi mental. Anak tunagrahita ini fungsi
intelektualnya yang lamban, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes intelegensi
baku. Pola Pendidikan Agama Islam adalah Model yang digunakan untuk proses
memasukkan nilai-nilai Agama Islam pada diri peserta didik untuk mencapai
tujuan yang mengarah kepada ketaqwaan dan akhlakul karimah sehingga membentuk
pribadi yang sempurna, bertanggung jawab, dan baik dalam setiap perbuatan yang
dilakukannya. Sedangkan Pendidikan
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berprilaku yang khas tiap individu
untuk hidup dan bekerja sama baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa
dan Negara.
Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui bagaimana pola pendidikan agama dan karakter bagi anak tunagrahita
di SDLB Negeri Kwala Bingai. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi,wawancara, dan
studi dokumentasi dengan menitik beratkan sumberdata informasi yaitu: kepala
sekolah dan guru Agama Islam, untuk mengokohkan keabsahan data yang di peroleh.
Dari hasil observasi, wawancara dan
studi dokumentasi diperoleh hasil bahwa Pola
pendidikan agama bagi siswa tunagrahita berjalan dengan baik disana guru
menggunakan pola pembiasaan dan pola intruksi satu arah. Guru sangat
memperhatikan dan melakukan pendekatan perindividu ada beberapa hal yang harus
diperhatiakan untuk merangsang perhatian mereka
yaitu menenamkan kepatuhan, melakukan kontak mata langsung perindividu, Selain
itu ada juga beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi guru dalam proses
pembelajaran, yaitu menggunakan suara jelas dan keras, pemberian instruksi
jelas, singkat dan menggunakan bahasa yang sederhana. yang paling berperan
menanamkan pendidikan karakter adalah guru agama adapun nilai yang ditanamkan
seperti nilai religi, nilai kejujuran, social, tanggung jawab dan tolong
menolong.
Kata
Kunci : Pola
Pendidikan Agama Islam Dan
Karakter
A. Pendahuluan
Hampir
semua orang dikenai pendidikan dan melaksankan pendidikan. Sebab pendidikan
tidak pernah terpisahkan dengan kehidupan manusia. Anak-anak memperoleh
pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan
berkeluarga, mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Pendidikan adalah khas dan
milik alat manusia. Tidak ada makhluk lain yang membutuhkan pendidikan[1]
Pendidikan
merupakan hak setiap orang seperti yang tercantum dalam UUD’45 Pasal 31 ayat 1
yang tertulis:
“Tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran.” negara sudah memberi jaminan kepada semua warga negara
Indonesia untuk mendapatkan pendidikan tidak terkecuali, termasuk juga warga
negara yang mempunyai keterbatasan fisik, mental, maupun ekonomi. Keterbatasan
warga negara bukan alasan untuk warga negara tersebut tidak mendapatkan
pendidikan.”
Islam
secara prinsip juga memberikan isyarat bahwa dalam pendidikan tidak ada
diskriminatif. Manusia memiliki hak dan posisi yang sama dalam semua bidang
kehidupan termasuk pendidikan. Al-Qur’an dan hadis banyak mengemukakan dan
mengisyaratkan tentang orang difabel atau orang cacat dan memiliki keterbatasan
fisik.
Anak
cacat atau difabel dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah al-mu’âq atau
al-ma’ûqûn (jamak), sedangkan dalam terminology al-Qur’an ada beberapa
istilah untuk menyebut orang cacat, misalnya dengan istilah s}umm (tuli), bukm (bisu),
dan ‘umyn (buta). Kata s}umm dalam al-Qur’an diulang 11
kali,5 bukm 6 kali, dan ‘umyn diulang sebanyak 10 kali.[2]
Berdasarkan
pengertian pendidikan Islam di atas, pendidikan Islam dengan kegiatan intinya
adalah pembelajaran agama Islam membawa misi sesuai dengan tujuan penciptaan
manusia, yaitu sebagai hamba Allah dan khalifah Allah di muka bumi. Sebagai
hamba Allah dia harus taat beribadah, dan sebagaikhalifah dia harus menguasai ilmu duniawi. Sama halnya dengan
penetapan hukum salat orang yang cacat dalam hal beribadah adanya kewajiban
bagi seluruh Muslim, karena mereka sudah dibebankan hukum taklîf. kecuali
orang yang tidak memiliki akal, mabuk, orang tidur, anak kecil yang belum
balig, orang pikun, tuntutan hukumnya tidak sama dengan orang normal. Oleh
sebab itu, orang cacat juga memiliki kewajiban beribadah seperti orang normal,
akan tetapi pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi mereka.
Memahami
perbedaan peserta didik, pendidikan Islam menilai bahwa perbedaan yang dimiliki
oleh peserta didik merupakan sebuah kelebihan atau kekurangan. Dalam hal ini,
pendidikan Islam mengarahkan agar kelebihan dan kekurangan tersebut dapat
ditempatkan secara proporsional. Dengan begitu memungkinkan bagi peserta didik
untuk berkembang secara optimal, dengan pelayanan yang sesuai dengan mereka.
Pendidikan agama islam bagi tunagrahita bukan sekadar hanya menyampaikan
materi, memaksakan kehendak guru, mengejar target kurikulum, dan menyelesaikan
bahan ajar yang kadang tidak fungsional terhadap kebutuhan anak tunagrahita.
Pembelajaran
untuk tunagrahita, hendaknya lebih diarahkan pada membangun kejiwaannya yang
labil, kepercayaan diri yang hilang, dan memberikan layanan psikoterapi untuk
meluruskan tingkah laku yang tidak tepat sebagai dampak keterbatasan dan
kecacatan yang disandangnya. Untuk itu pengintegrasian bimbingan konseling,
terapi religius dalam proses pembelajaran menjadi bagian yang tepat untuk
mengatasi kesulitan belajar dan problematikanya. Mengajarkan agama pada anak
yang memiliki kelainan, keterbatasan kemampuan dan kecacatan sudah tentu
berbeda-beda dari segi materi, metode, pendekatan, strategi, dan lain
sebagainya. Misalnya cara mengajarkan salat pada anak tunagrahita akan berbeda
tentunya dengan mengajarkan anak autis, tunanetra, dan sebagainya.
Salah satu hal yang tidak kalah
penting untuk anak tuna grahita adalah
pendidikan karakter. Keluarga merupakan
lingkungan sosial pertama dan utama bagi tumbuh kembangnya anak. Menurut Alwisol keluarga berfungsi
mengembangkan karakter anak agar dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat.[3]
Karakter yang dibentuk secara sosial meliputi accepting, preserving, taking,
exchanging dan biophilous. Pendidikan karakter di keluarga membutuhkan
model dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari Sangatlah wajar jika keluarga sebagai pelaku
utama dalam mendidik dasar–dasar moral pada anak. Keluarga merupakan lingkungan
sosial pertama dan utama bagi tumbuh kembangnya anak. Anak akan berkembang
optimal apabila mereka mendapatkan stimulasi yang baik dari keluarga. Namun,
karena kondisi ketunaannya maka pendidikan karakter untuk anak berkebutuhan
khusus perlu menggunakan metode khusus sesuai dengan ketunaannya.[4]
Pengertian Pendidikan Karakter
Bangsa Tersirat dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional; merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional yang harus digunakan
dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia pasal 3 UU Sikdiknas
menyebutkan
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
dan membantu watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi, peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Tujuan
Pendidikan Nasional merupakan rumusan mengenai kualitas manusia modern yang
harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh sebab itu rumusan tujuan
pendidikan nasional menjadi dasar pengembangan pendidikan karakter bangsa.
Untuk memudahkan wawasan arti pendidikan karakter bangsa perlu dikemukakan
pengertian, istilah, pendidikan karakter bangsa. Pendidikan adalah suatu usaha
sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Karakter adalah
nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan
dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah
laku dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan
Karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses
pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter
pribadi dan/ atau kelompok yang unik baik sebagai warga negara. Karakter Bangsa
adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tercermin
dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara
sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa, karsa dan perilaku berbangsa
dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945,
keberagaman dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pada diri tiap anak ada kemampuan
atau potensi yang unik bagi dirinya. Dan hak-hak
anak (child right) yang menyatakan bahwa semua anak memiliki hak dan kewajiban
yang sama untuk hidup dan berkembang secara penuh sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.
Anak berkebutuhan khusus adalah yang termasuk anak
yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya. Perilaku anakanak ini
yang antara lain terdiri dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti pada
anak yang normal. Pada umumnya anak berkebutuhan khusus ini biasa. disebut
anak tunagrahita. Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam
perkembangan mental dan intelektual sehingga berdampak pada perkembangan
kognitif dan perilaku adaptifnya, seperti tidak mampu memusatkan pikiran,
emosi tidak stabil, suka menyendiri dan pendiam, peka terhadap cahaya, dan
lain-lain.[5] Menurut Direktorat Pendidikan Luar
Biasa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
adalah anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan atau penyimpangan
(fisik, mental-inteleklual, sosial, emosional) dalam proses pertumbuhan atau
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya, sehingga mereka
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.[6]
Anak Berkebutuhan Khusus pada umumnya sudah intern pada sekolah regular. Salah
satu sekolah inklusif yang ditunjuk adalah SDLB Negeri 0577704 Kwala Bingai ,
yang kemudian dijadikan sebagai subjek dalam penelitian ini. Dalam hal ini,
poin yang akan dibahas adalah tingkah laku siswa ABK baik dalam hal yang bersifat
positif atau negatif, karena tidak dapat dipungkiri bahwa tidak seluruh siswa
ABK merupakan siswa yang pasif melainkan siswa yang aktif dan beberapa di
antaranya cenderung destruktif.
Para
siswa ABK yang ada SDLB Negeri 0577704 Kwala Bingai memiliki berbagai macam
karakteristik yang berbeda. Ada yang pendiam dan terlihat tenang, akan tetapi
tidak mampu memusatkan perhatian. Ada pula yang terlalu aktif sehingga tidak
mampu berkonsentrasi dalam belajar sehingga suka mengganggu teman sekelasnya.
Ada yang tampak seperti anak normal, akan tetapi tidak mampu membaca dan
menulis meskipun telah menjalani pendidikan khusus yang diberikan oleh guru ABK
di waktu tertentu. Ada pula siswa ABK yang selalu mencari perhatian guru dengan
melakukan hal-hal pada akhirnya membuat kegaduhan atau lari ke luar kelas dan masuk ke kelas lain
dengan tujuan yang tidak jelas meski
sudah diperingatkan untuk tidak melakukan hal tersebut. Bahkan ada siswa ABK
yang lebih suka berkata dan bersikap tidak sopan baik kepada teman maupun guru.
Anak
tuna grahita ringan memiliki masalah pada rendahnya karakter sosial dan
karakter pribadi. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa masalah perilakunya yaitu
kurang mandiri, kurang tanggung jawab,
kurang dapat mengatur diri, kurang dapat mengontrol diri, suka berkelahi,
berbicara tidak sopan, tidak peduli ke orang lain dan suka menentang.[7]
Tidak hanya itu, tidak semua karakter bisa ditanamkan kepada siswa, mengingat ada beberapa karakter
bangsa seperti toleransi dan bekerja keras sulit dibangun atau ditanmkan pada
siswa ABK. Masalah lain juga timbul terhadap urgensi penanaman nilai pendidikan agam pada ABK belum tanpak terutama interaksi siswa ABK dengan guru. Sehingga ini merupakan tantangan bagi guru di SDLB
Negeri 0577704 Kwala Bingai untuk menanamkan
nilai-nilai karakter dan agama pada siswa ABK dan urgensi dari penanaman pendidikan
karakter dan agam pada siswa
ABK di SDLB Negeri 0577704 Kwala Bingai.
Setelah
melihat keberadaan SDLB ini cukup berkembang, dan sudah lama berdiri bahkan
satu-satunya sekolah SDLB di kabupaten Langkat, maka fokus kajian ini diarahkan
pada SDLB. Selanjutnya diarahkan kepada pola pendidikan agama islam dan
karakter bagi anak tunagrahita. Salah satu mata pelajaran yang diikuti oleh
anak-anak tunagrahita di SDLB Kwala Bingai ini adalah Pendidikan agama islam
(selanjutnya disebut PAI). Sebagai mata pelajaran yang akan diberikan kepada
peserta didik, maka PAI harus disampaikan sesuai dengan karakter peserta didik. Pentingnya PAI ini diberikan
kepada peserta didik mengingat PAI bertujuan meningkatkan kualitas manusia dari
aspek keimanan dan ketaqwaan. ABK secara prinsip juga memiliki kelebihan di
samping kekhususan, untuk itu perlu dibimbing dan diarahkan. Temuan awal
menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran di SDLB dikelompokkan sesuai
dengan jenis kelainan yang dimiliki.
Secara
konseptual penanganan anak tunagrahita hendaknya dengan pola pembelajaran yang
menyenangkan. Dalam pengertian harus mengarah kepada motivasi untuk belajar,
mengedepankan proses, sehingga anak menjadi aktif, tidak jenuh dan menciptakan
rasa nyaman dan betah dalam belajar. Uraian tersebut memberikan informasi bahwa
dari aspek pembelajaran perlu dilakukan kajian lebih lanjut, terutama
pembelajaran PAI. Mengingat agama merupakan bekal bagi manusia dalam menjalani
kehidupan, demikian penting kiranya untuk dilanjutkan dalam bentuk
penelitian dengan fokus pada pembelajaran anak tunagrahita.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar masalah yang telah dikemukakan di atas maka masalah yang dirumuskan adalah:
1. Bagaimana
pola pendidikan agama islambagi siswa tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala
Bingai, Kec Stabat. Kab. Langkat?
2. Bagaimana
pola pendidikan karakter bagi siswa tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala
Bingai, Kec Stabat. Kab. Langkat?
3. Bagaimanakah
urgensinya pola pendidikan agama islamsiswa tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri
Kwala Bingai, Kec Stabat. Kab. Langkat?
4. Bagaimanakah
urgensinya pola Pendidikan karakter bagi siswa tunagrahita di SDLB 0577704
Negeri Kwala Bingai, Kec Stabat. Kab. Langkat?
C.
Metodologi Penelitian
Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan pendeketan kualitatif, yaitu pendekatan yang
diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh). Sehingga dalam
halinitidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel
atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Penelitian ini adalah sebuah studi yang akan mengungkapkan, menemukan dan
menggali informasi mengenai pola pendidikan agama islamdan karakter bagi
anak-anak tunagrahita di SDLB Negeri 0577704 Kwala Bingai Kecamatan Stabat,
Kab. Langkat.
Sumber
data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1.
Informasi dari Kepala
Sekolah,
2.
Informasi dari
Guru PAI
3.
Informasi dari
wali Siswa di SDLB
Negeri 0577704 Kwala Bingai
b. Tempat dan peristiwa berlangsungnya penelitian anak
tunagrahita. yaitu
di SDLB Negeri 0577704 Kwala Bingai Kecamatan Stabat, Kab. Langkat
c.
Pada penelitian ini
berfokus pada masalah pola Pendidikan agama islamdan karakter pada anak
tunagrahita Latar Penelitian meskipun di SDLB SDLB Negeri 0577704 Kwala Bingai
Kecamatan Stabat, Kab. Langkat. terdapat bermacam-macam anak berkebutuhan
khusus.
Sementara itu
instrument pengumpulan data dilakukan dengan cara: Observasi, Wawancara, dan
Dokumentasi. Data yang diperoleh lalu diolah dan dianalisis dengan menggunakan
analisis data kualitatif model interaktif dari Miles dan Huberman yang terdiri
dari: reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.
D. Kajian
Teori
Sejarah
berdirinya SDLB Negeri 057704 Kwala Bingai kecamatan setabat, kabupaten langkat
Sekolah SDLB Negeri 057704 Kwala
Bingai adalah satu satunya pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang berada di jln. Proklamasi, Kwala Bingai, Kec.
Stabat, Kab. Langkat Provinsi sumatera utara. didirikan pada tanggal 01 april
1983. SDLB Negeri Kwala Bingai ini mulai aktif berjalan pada tahun 1985 dan itu
hanya memiliki kepala sekolah, guru agama satu orang dan guru ahli ABK 1 orang. Barulah pada tahun 1986 datanglah enam orang
tenaga pendidikan langsung dari jogja, barulah aktif persekolahhan seperti
sekolah pada umumnya. Untuk bangunan sekolah pada awal berdirinya tidak sesuai
yang diinginkan karena bangunan yang diberikan adalah bangunan sekolah SD pada
umumnya, barulah pada tahun 2005
ditambahlah bangunan-bangunan pendukung seperti laboraturium, perpustakaan, dan
ditambahnya jumlah ruangan kelas. Selama SDLB Negeri berdiri hingga sekarang
sudah mengalami dua kali pergantian Kepala
Sekolah, yaitu pada kepemimpinan
bapak Daudsyah dan kemudian bapak Sarmada hingga saat ini.
Visi Misi dan Tujuan SDLB Negeri Kwala Bingai
Visi SDLB Negeri Kwala Bingai yaitu
“Mewujudkan peserta didik bertaqwa, cerdas, trampil, dan mampu mengurus dirinya
sendiri, dan berwawasan limgkungan.
a. Misi
Misi SDLB Negeri Kwala bingai yaitu:
1) Melaksanakan proses pengajaran,
pelatihan, pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus,
2) Mempersiapkan peserta didik pada
jenjang yang lebih tinggi,
3) Memaksimalkan semua potensi sekolah
dalam meningkatkan pelayanan pada anak
didik,
4) Melaksanakan program ekstrakurikuler
dan mengembangkan bakat peserta didik,
5) Menciptakan kondisi yang kondusif,
kreatif, inovatif dalam mendidik anak berkebutuhan khusus.
Pola
Pendidikan Agama Islam
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesi pola
merupakan model, contoh, acuan,system atau cara kerja dan lain sebagainya.[8]
Sedangkan pendidikan agama islammenurut bahasa (epitimolog), Islam berasal dari
bahasa Arab, yaitu kata salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari asal
kata itu dibentuk kata aslama, yuslimu, islaman, yang berarti memeliharahan
dalam keadaan selamat sentosa, dan berarti juga menyerahkan diri, tunduk,
patuh, dan taat.[9]
Secara istilah
terminologi, Islam berarti suatu nama bagi agama yang ajaran-ajarannya
diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seseorang Rasul.[10]
Maka dapat disimpulkan bahwa islam adalah ajaran agama yang diwahyukan Allah
SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rasul yang membawa kesejahteraan bagi
seluruh alam semesta.
Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa Pola Pendidikan agama islam adalah cara yang digunakan untuk
proses memasukkan nilai-nilai Agama Islam pada diri peserta didik untuk
mencapai tujuan yang mengarah kepada ketaqwaan dan akhlakul karimah sehingga
membentuk pribadi yang sempurna, bertanggung jawab, dan baik dalam setiap
perbuatan yang dilakukannya.
Secara kurikulum pola-pola tersebut di di atas, didesain
menjadi beberapa macam diantaranya adalah:
a. Materi pendidkan Islam
lebih difokuskan kepada masalah sosio cultural masa kini untuk diproyeksikan ke
masa depan, dengan kemampuan anak didik untuk mengungkapkan tujuan
dan nilai-nilainya yang sesuai tuntunan tuhan.
b.
Pendidik: bertanggung jawab terhadap
penciptaan situasi komunitas yang terpercaya.
c.
Anak didik: dalam proses belajar mengajar
bersama-sama menghayati persepsi terhadap realitas kehidupan dan memperhatikan
persepsi orang lain
1. Pola-pola
pendidikan agama islami
Setiap pembelajaran memiliki tujuan
dalam pengembangan kemampuan siswa ketika proses belajar mengajar, selain itu
pemanfaatan teknologi juga membantu siswa dalam membantu terpenuhinya tujuan
pembelajaran yang guru susun. Sehingga guru juga lebih mudah menjelaskan,
menerapkan kepada siswa.Seperti kita ketahui bahwasannya pembelajaran tidak
hanya dibutuhkan seorang guru di dalam kelas tetapi siswa pun membutuhkan media
pendukung seperti alat bantu, sumber belajar, informasi yang dijadikan sebagai
sarana dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini pola-pola pendidikan agama
islamini dibagi menjadi ilustrasi pembelajaran yang berhubungan antara guru,
siswa, dan media. Pola tersebut diantaranya.
a. Pola
Pembelajaran Tradisional
b. Pola
Pembelajaran Guru dengan Media
c. Pola
Pembelajaran yang Merupakan Tanggung Jawab Bersama antara Guru dan Media.
d. Pola
pembelajaran yang “Bermedia saja”
e. Pola
Pembelajaran Kombinasi.
Menurut
Muhaimin dalam bukunya yang berjudul Paradigma Pendidikan Islam mengemukakan
bahwa Pendidikan agama islam adalah upaya mendidik agama Islam atau ajaran
Islam dan nilai nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap
hidup) seseorang.[11]
Sedangkan Pendidikan agama islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk
menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan atau latihan. Pada hakikatnya Pendidikan agama islam merupakan
sebuah proses, dalam mengembangannya juga dimaksud sebagai rumpun mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun perguruan tinggi. Dengan demikian,
Pendidikan agama islam dapat dimaknai dalam dua pengertian; 1) Sebagai sebuah
proses penanaman ajaran Agama Islam, 2) Sebagai bahan kajian yang menjadi
materi dari proses penanaman atau pendidikan itu sendiri.[12]
Pendidikan agama islam adalah
pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan
ketrampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya. Dilaksanakan
sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan.[13]
Sedangkan menurut Muhammad alim, pendidikan agama islam diartikan sebagai
program yang terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani ajaran agama islam serta diikuti tuntunan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat
beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.[14]
Maka dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran PAI merupakan mata pelajaran wajib
pada semua jalur, jenjang pendidikan. Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali
pertemuan setiap minggunya dengan materi pelajaran yang telah ditentukan sesui
dengan standar kopetensi sesuai jenjang pendidikan.
Pola Pendidikan Karakter
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesi pola
merupakan model, contoh, acuan,s ystem atau cara kerja dan lain sebagainya [15]Pendidikan
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berprilaku yang khas tiap individu
untuk hidup dan bekerja sama baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa
dan Negara[16].
Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia lingkungan dan
kebebasan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perbuatan dan perkataan
berdasarkan norma agama, hukum, tatakrama, budaya, adat itiadat, dan etika.
Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehar-hari baik dalam
bersikap dan bertindak.[17]
menyatakan; karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan
dan mempermudah tindakan moral.
1.
Pola Pembentukan
Karakter Anak
Pada orang tua memainkan peranan
penting dalam membantu mengembangkan karakter seorang anak terutama pada
masa-masa rentan. Dasarnya adalah bergantung pada saat pengembangan karakter
dimasa yang akan datang. Para orang tua perlu memahami beberapa hal yaitu:(1)
Masing-masing anak adalah unik, (2) Perilaku orang tua mempunyai pengaruh yang
kuat dalam pembentukan karakter anak, (3) Mendorong kemandirian sejak awal, (4)
Menghargai diri sendiri dan percaya diri, (5) Menanamkan perhatian dan memberi
perhatian kepada orang lain, (6) Lingkungan yang baik akan membawa
keberhasilan.[18]
Pola pembentukan karakter anak
dilihat dari tingkat sekolahnya, antara lain:[19]
(a) Usia Balita : berikan
kesempatan beberapa detik untuk memiliki secara penuh, perkenalkan apa arti
boleh dan tidak boleh dengan menggunakan ekspresi wajah, konsisten dan jangan
menggunakan kekerasan suara dan fisik.
(b) Usia taman kanak-kanak :
memberi kesempatan untuk memperhatikan, mencoba, dan bekerja sama. Perhatikan
dan luruskan perilaku imitatif yang cenderung negatif, dan dukunglah anak untuk
bisa berbagi dan mengeluh.
(c)Usia sekolah dasar : menghargai
pendapatnya dan jangan menyalahkan, ajaklah dialog logika dan pengalaman,
pujilah hal-hal yang baik dari penampilannya, bantulah dengan kalimat positif
untuk bisa tampil lebih baik lagi.
(d) Usia sekolah menengah pertama :
meningkatkan proses kedekatan dengan anak dengan melalui dialog dan berbagai
cara, jadilah pendengar yang baik dan bukan menjadi hakim, jangan pernah
menyela pembicaraan dan cerianya, dan jangan beri komentar atau nasihat sebelum
tiba waktunya.
Tunagrahita
1. Pengertian
Tunagrahita
tunagrahita
adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan
intelektual di bawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan
istilah-istilah mental retardation, mental deficiency, mental
defective, dan lain-lain.[20]
2. Klasifikasi Tunagrahita
Pengklasifikasian
anak tunagrahita penting dilakukan karena anak tunagrahita memiliki perbedaan
individual yang sangat bervariasi . klasifikasi untuk anak tunagrahita
bermacam-macam sesuai dengan disiplin ilmu maupun perubahan pandangan terhadap
keberadaan anak tunagrahita Penggolongan anak tunagrahita untuk keperluan
pembelajaran sebagai berikut:
1) Educable
Anak
yang masih mempunyai kemampuan akademik setara dengan anak regular pada kelas 5 Sekolah Dasar.
2) Trainable
Disini
anak tunagrahita mempunyai kemampuan untuk mengurus diri dan mempertahankan
diri, namun kemampuannya untuk mendapatkan pendidikan secara akademik sangat
terbatas.
3) Custodial
Pemberian
latihan yang terus-menerus dan khusus sehingga dapat melatih anak rentang
dasar-dasar cara untuk menolong dirinya sendiri dan kemampuan yang bersifat
komunikatif.[21]
Penggolongan
yang didasarkan pada taraf intelegensi, sebagai berikut:
a. Tunagrahita
Ringan (moron atau debil) IQ 68-52.
b. Tunagrahita
sedang (imbesil) IQ 51-36[22]
c. Tunagrahita
berat (severe) IQ antara 25-39.
E.
Temuan Peneliti
1. Pola
pendidikan agama islam bagi
Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Kwala Bingai
Berdasarkan hasil wawancara pola
yang dilakukan guru Pendidikan agama islam dalam mengajarkan materi
pembelajaran adalah dengan pola Pola Pembelajaran
Kombinasi Pola pembelajaran ini merupakan pola pembelajaran yang menggabungkan
pola-pola yang ada. Pola pembelajaran ini dapat ditemui dalam lingkungan di
luar kelas dan pendidikan luar sekolah.[23]
Jadi, pola ini menggabungkan antara kurikulum yang digunakan, peran guru, dan
media sehingga adanya kerjasama antara guru yang merancang pembelajaran dan
media yang digunakan untuk memberikan informasi kepada siswa. Guru menggunakan teknik Pembiasaan
pola gabungan ini, pembiasaan adalah sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama
dan berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi pembiasaan. Pembiasaan
menitik beratkan pada pengalaman yang diamalkan. Pola ini adalah rutinitas yang
diajarkan secara langsung oleh guru kepada anak setiap saat melakukan
aktivitas, sehingga anak menjadi terbiasa dan tanpa sadar melakukan kegiatan
yang diajarkan secara mandiri tanpa perlu di perintah. Rasulullah sendiri
menganjurkan pembiasaan tentunya dalam hal ibadah dan kebaikan.
Dalam mengajar guru juga harus
pintar untuk merangsang perhatian mereka perlu dilakukan kontak mata dan
latihan konsentrasi, sebagai berikut:
1)
Kontak mata
2)
Konsentrasi
2.
Pola Pendidikan
Karakter Bagi Siswa Tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala Bingai, Kec
Stabat. Kab. Langkat
Pola
pendidikan karakter yang dilakukan di SDLB Kwala Bingai yaitu meningkatkan proses kedekatan dengan anak dengan melalui
dialog dan berbagai cara, jadilah pendengar yang baik dan bukan menjadi hakim,
jangan pernah menyela pembicaraan dan cerianya, dan jangan beri komentar atau nasihat
sebelum tiba waktunya. Pola Pendidikan Karakter menurut Khon merupakan upaya seluruh
stakeholder sekolah untuk membentuk karakter peserta didik yang mencakup ranah
kognitif, afektif dan spikomotorik. Dari penelitian yang telah ditemukan,
penenliti juga menemukan penerapan pendidikan karakter di sekolah SDLB 0577704. Dari hasil wawancara peneliti
mendapatkan temuan bahwa guru agama memegang peranan penting dalam membentuk
karakter anak. Hal ini telah dilakukan dengan baik.
3.
Urgensinya Pola
Pendidikan agama islam Siswa Tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala Bingai
Pola pendidikan agama islam pada siswa Tunagrahita sangat
penting, mengingat mereka memiliki intelegensi yang rendah. Sehingga pola
pembiasaan dan pola intruksi satu arah sangat membantu proses pembelajaran pola
ini termasuk didalam dari pola pembelajaran kombinasi. Walapun saat
pemebelajaran mereka juga menggunakan berbagai metode yang tidak jauh berbeda
dengan metode siswa normal lainnya
seperti metode ceramah, metode Tanya jawab, metode praktek dan sebagainya.
Namun pada saat aplikasinya harus
disesuaikan dengan kemampuan mereka. Pola pembiasaan yang dilakukan
berualang-ulang harus lebih sering dibandingkan dengan anak normal lainnya.
Pembimbingan yang serba ekstra diberikan kepada mereka. Begitu juga dengan pola
intruksi satu arah yang dilakukan guru kepada anak tunagrahita menjadi sebuah
petunjuk bagi mereka untuk melakukan sesuatu sesuai dengan system pembelajaran
yang dilakukan.
4.
Urgensi Pola Pendidikan
Karakter Bagi Siswa Tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala Bingai
Pendidikan Karakater adalah hak
setiap peserta didik baik yang normal maupun yang termasuk anak tunagrahita. Di
dalam Al quran di sampaikan pada surah Al ahzab ayat 21 yaitu:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
“Sesungguhnya
telah ada pada diri rasul itu suritauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang
yang mengharap rahmat Allah”
Dari ayat tersebut di atas diketahui
bahwa tujuan rasulullah di utus untuk menjadi teladan bagi umat manusia. Hal
ini di sebabkan karena beliau memiliki akhlakul karimah yang baik. Kemudian
pada ayat tersebut juga dikatakan bahwa orang yang mengambil contoh kepada
rasulullah Saw akan mendapatkan rahmat Allah Swt. Tentunya Anak tunagrahita
juga berhak mendapatkan rahmat Allah maka dari itu pentinga baginya untuk
mendapatkan pendidikan karakter. pendidikan karakter ini juga berfungsi untuk
kehidupan bersosialnya sehari-hari.
Dari hasil penelitian yang dilakukan
peneliti, diketahui bahwasanya di sekolah SDLB 057771 ini telah melaksanakan pola pendidikan usia sekolah dasar yaitu
menghargai pendapatnya dan jangan menyalahkan, ajaklah dialog logika dan
pengalaman, pujilah hal-hal yang baik dari penampilannya, bantulah dengan
kalimat positif untuk bisa tampil lebih baik lagi.
Hal ini dilaksanakan karena pihak
penyelenggara pendidikan baik itu kepala sekolah, dewan guru dan seluruh
jajaran meyakini bahwanya pendidikan karakter ini sangat penting bagi anak
tunagrahita. Dan seluruh jajaran lembaga ikut bertanggung jawab dalam proses penanaman pendidikan karakter ini, dan
yang menjadi penanggung jawab utama adalah kedua guru Agama agar karakter yang
ditanamkan tidak terlepas dari nilai-nilai Agama yang disebut dengak akhlaqul
karimah.
Terbukti dengan kesopanan yang
ditampilkan para siswa tersebut mereka tanpa segan mencium tangan jika bertemu orang yang lebih dewasa.
Saling tolong menolong antar sesama. Mereka menunjukkan bahwa walaupun mereka
memiliki kekurangan namun akhlaqul karimah mereka tidak berbeda dengan anak
yang memiliki integensi sempurna lainnya.
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis
lakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pola
pendidikan agama islam bagi siswa tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala
Bingai, Kec Stabat. Kab. Langkat menggunakan pola pembelajaran kombinasi dimana
guru menjalankan pola-pola pembelajaran dengan baik dengan mengkombinasikan
dari berbagai pola, disini guru menggunakan pola pembiasaan dan pola intruksi
satu arah. Guru sangat memperhatikan dan melakukan pendekatan perindividu ada
beberapa hal yang harus diperhatiakan untuk merangsang perhatian mereka yaitu menenamkan
kepatuhan, melakukan kontak mata langsung perindividu, Selain itu ada juga
beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi guru dalam proses pembelajaran, yaitu
menggunakan suara jelas dan keras, pemberian instruksi jelas, singkat dan
menggunakan bahasa yang sederhana.
2. Pola
Pendidikan karakter bagi siswa tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala Bingai,
Kec Stabat. Kab. Langkat Pola
pembentukan karakter anak dilihat dari tingkat sekolahnya usia sekolah dasar
yaitu menghargai pendapatnya dan jangan menyalahkan, ajaklah dialog logika dan
pengalaman, pujilah hal-hal yang baik dari penampilannya, bantulah dengan
kalimat positif untuk bisa tampil lebih baik lagi. menggunakan
telah ditanamkan dan yang paling berperan menanamkan pendidikan karakter adalah
guru agama adapun nilai yang ditanamkan seperti nilai religi, nilai kejujuran,
social, tanggung jawab dan tolong menolong.
3. Urgensi
pola pendidikan agama islam siswa tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala
Bingai, Kec Stabat. Kab. Langkat dianggap sangat
penting mengingat tuntutan dan tantangan keberhasilan pengajaran sangat besar.
Sehingga pola pengajaran telah dilaksanakan dengan baik.
4. Urgensinya
pola Pendidikan karakter bagi siswa tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala
Bingai, pola Pendidikan
karakter tidak terlepas dari pendidikan agama islam karena pembentukan karakter
siswa hampir sepenuhnya terbentuk dari pendidikan agama. Pola Pendidikan
karakter sangat penting untuk pembentukan kepribadian dan intelegensi atau
kecerdasan bagi siswa ABK serta dapat menjadi reverensi bagi sekolah SLB lainnya
dalam melaksanakan pola pendidikan karakter.
G. Daftar Pustaka
Alim,
Muhammad, pendidikan agama islam
upaya pembentukan pemikiran dan kepribadian muslim, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011
Ali,
Zainudin, dkk. Pendidikan agama islam Kontenporer, Jakarta:Yamiba, 2015
Arismantoro.
Character Building: Bagaimana Mendidik
Anak Berkarakter, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008
Darninta,
Purwa, Kamus Umum Bahasa Indonesia , Jakarta: Balai
Pustaka, 2001
Direktorat
Pendidikan Luar Biasa.. Pedoman Umum PenyelenggaraanPendidikan Inklusif.
Jakarta: Dirjendikdasmen, 2004,
Kemis,
Ati Rosnawati, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita, Jakarta:
Luxima Metro Media, 2013,
lampiran peraturan
kemdikbud. / bpnbambon/ 2014/ 06/ 06
Meria,
Aziza, Model Pembelajaran Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita, Di SDLB
YPPLB Padang Sumatera Barat, Vol. 11, No. 2 Th,.2015
Muhaimin,
Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2004, Cet
III,
Misnatun, Pola Pembentukan Karakter Anak Melalui Pendidikan
Ramah Anak Dalam Perspektif Pendidikan Islam ,Vol. 5, No. 2,Th, 2016
Nazarudin,
Managemen Pembelajaran (Implementasi Konsep Karakteristik dan
Metodologi Pendidikan agama islam di Sekolah Umum), Jogjakarta: Teras,
2007,
Pidarta
, Made, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2014, Cet. III
Purwadarninta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta:
Balai Pustaka, 2001
Somantri,
T. Sutjihati, Psikologi Anak Luar Biasa,Bandung: PT. Refika Aditama,
2017
Tri
Na’imah, dkk, Pendidikan Karakter Untuk
Anak Berkebutuhan Khusus , Studi Relasi Gender Pada Keluarga Yang Memiliki Anak
Tuna Grahita Ringan, Vol 1, No.1, Th, 2015
Warsono,
dkk, Kebudayaan. kemdikbud.go. id mengutip Jack Corley dan Thomas Philip
,2000
Yosiani,
Novita, Relasi Karakteristik Anak Tunagrahita Dengan Pola Tata Ruang Belajar Di
Sekolah Luar Biasa, Vol. 1, No. 2 .Th, 2014
[2]Aziza Meria, Model Pembelajaran Agama Islam Bagi Anak
Tunagrahita( Di SDLB YPPLB Padang Sumatera Barat), Vol. 11, No. 2 Th,.2015
[8]Purwadarninta, Kamus Umum
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001) h. 531
[15]
Purwadarninta,
Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2001) h. 531
[23] Ibid,. hal.216
Tidak ada komentar:
Posting Komentar