Selasa, 25 Juni 2019

POLA PENDIDIKAN AGAMA DAN KARAKTER BAGI ANAK TUNAGRAHITA DI SDLB NEGERI 0577704 KWALA BINGAI KEC. STABAT, KAB. LANGKAT


POLA PENDIDIKAN AGAMA DAN KARAKTER BAGI ANAK TUNAGRAHITA DI SDLB NEGERI 0577704 KWALA BINGAI
 KEC. STABAT, KAB. LANGKAT
Handriyatul Akhbar, SPd.I, Dr. Mardianto, M.Pd, Dr. Rusydi Ananda, M.Pd
Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan
Abstrak
            Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual di bawah ratarata atau bisa juga disebut dengan retardasi mental. Anak tunagrahita ini fungsi intelektualnya yang lamban, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes intelegensi baku. Pola Pendidikan Agama Islam adalah Model yang digunakan untuk proses memasukkan nilai-nilai Agama Islam pada diri peserta didik untuk mencapai tujuan yang mengarah kepada ketaqwaan dan akhlakul karimah sehingga membentuk pribadi yang sempurna, bertanggung jawab, dan baik dalam setiap perbuatan yang dilakukannya.  Sedangkan Pendidikan Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berprilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pola pendidikan agama dan karakter bagi anak tunagrahita di SDLB Negeri Kwala Bingai. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi,wawancara, dan studi dokumentasi dengan menitik beratkan sumberdata informasi yaitu: kepala sekolah dan guru Agama Islam, untuk mengokohkan keabsahan data yang di peroleh.
Dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi diperoleh hasil bahwa  Pola pendidikan agama bagi siswa tunagrahita berjalan dengan baik disana guru menggunakan pola pembiasaan dan pola intruksi satu arah. Guru sangat memperhatikan dan melakukan pendekatan perindividu ada beberapa hal yang harus diperhatiakan untuk merangsang perhatian mereka yaitu menenamkan kepatuhan, melakukan kontak mata langsung perindividu, Selain itu ada juga beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi guru dalam proses pembelajaran, yaitu menggunakan suara jelas dan keras, pemberian instruksi jelas, singkat dan menggunakan bahasa yang sederhana. yang paling berperan menanamkan pendidikan karakter adalah guru agama adapun nilai yang ditanamkan seperti nilai religi, nilai kejujuran, social, tanggung jawab dan tolong menolong.
Kata Kunci : Pola Pendidikan Agama Islam Dan Karakter
A.    Pendahuluan
            Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksankan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisahkan dengan kehidupan manusia. Anak-anak memperoleh pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga, mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Pendidikan adalah khas dan milik alat manusia. Tidak ada makhluk lain yang membutuhkan pendidikan[1]
            Pendidikan merupakan hak setiap orang seperti yang tercantum dalam UUD’45 Pasal 31 ayat 1 yang tertulis:
            “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.” negara sudah memberi jaminan kepada semua warga negara Indonesia untuk mendapatkan pendidikan tidak terkecuali, termasuk juga warga negara yang mempunyai keterbatasan fisik, mental, maupun ekonomi. Keterbatasan warga negara bukan alasan untuk warga negara tersebut tidak mendapatkan pendidikan.”
            Islam secara prinsip juga memberikan isyarat bahwa dalam pendidikan tidak ada diskriminatif. Manusia memiliki hak dan posisi yang sama dalam semua bidang kehidupan termasuk pendidikan. Al-Qur’an dan hadis banyak mengemukakan dan mengisyaratkan tentang orang difabel atau orang cacat dan memiliki keterbatasan fisik.
            Anak cacat atau difabel dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah al-mu’âq atau al-ma’ûqûn (jamak), sedangkan dalam terminology al-Qur’an ada beberapa istilah untuk menyebut orang cacat, misalnya dengan  istilah s}umm (tuli), bukm (bisu), dan ‘umyn (buta). Kata s}umm dalam al-Qur’an diulang 11 kali,5 bukm 6 kali, dan ‘umyn diulang sebanyak 10 kali.[2]                 
            Berdasarkan pengertian pendidikan Islam di atas, pendidikan Islam dengan kegiatan intinya adalah pembelajaran agama Islam membawa misi sesuai dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu sebagai hamba Allah dan khalifah Allah di muka bumi. Sebagai hamba Allah dia harus taat beribadah, dan sebagaikhalifah dia harus  menguasai ilmu duniawi. Sama halnya dengan penetapan hukum salat orang yang cacat dalam hal beribadah adanya kewajiban bagi seluruh Muslim, karena mereka sudah dibebankan hukum taklîf. kecuali orang yang tidak memiliki akal, mabuk, orang tidur, anak kecil yang belum balig, orang pikun, tuntutan hukumnya tidak sama dengan orang normal. Oleh sebab itu, orang cacat juga memiliki kewajiban beribadah seperti orang normal, akan tetapi pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi mereka.
            Memahami perbedaan peserta didik, pendidikan Islam menilai bahwa perbedaan yang dimiliki oleh peserta didik merupakan sebuah kelebihan atau kekurangan. Dalam hal ini, pendidikan Islam mengarahkan agar kelebihan dan kekurangan tersebut dapat ditempatkan secara proporsional. Dengan begitu memungkinkan bagi peserta didik untuk berkembang secara optimal, dengan pelayanan yang sesuai dengan mereka. Pendidikan agama islam bagi tunagrahita bukan sekadar hanya menyampaikan materi, memaksakan kehendak guru, mengejar target kurikulum, dan menyelesaikan bahan ajar yang kadang tidak fungsional terhadap kebutuhan anak tunagrahita.
            Pembelajaran untuk tunagrahita, hendaknya lebih diarahkan pada membangun kejiwaannya yang labil, kepercayaan diri yang hilang, dan memberikan layanan psikoterapi untuk meluruskan tingkah laku yang tidak tepat sebagai dampak keterbatasan dan kecacatan yang disandangnya. Untuk itu pengintegrasian bimbingan konseling, terapi religius dalam proses pembelajaran menjadi bagian yang tepat untuk mengatasi kesulitan belajar dan problematikanya. Mengajarkan agama pada anak yang memiliki kelainan, keterbatasan kemampuan dan kecacatan sudah tentu berbeda-beda dari segi materi, metode, pendekatan, strategi, dan lain sebagainya. Misalnya cara mengajarkan salat pada anak tunagrahita akan berbeda tentunya dengan mengajarkan anak autis, tunanetra, dan sebagainya.
          Salah satu hal yang tidak kalah penting untuk anak tuna grahita adalah  pendidikan karakter. Keluarga merupakan  lingkungan sosial pertama dan utama bagi tumbuh kembangnya anak.  Menurut Alwisol keluarga berfungsi mengembangkan karakter anak agar dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat.[3] Karakter yang dibentuk secara sosial meliputi accepting, preserving, taking, exchanging dan biophilous. Pendidikan karakter di keluarga membutuhkan model dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari  Sangatlah wajar jika keluarga sebagai pelaku utama dalam mendidik dasar–dasar moral pada anak. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dan utama bagi tumbuh kembangnya anak. Anak akan berkembang optimal apabila mereka mendapatkan stimulasi yang baik dari keluarga. Namun, karena kondisi ketunaannya maka pendidikan karakter untuk anak berkebutuhan khusus perlu menggunakan metode khusus sesuai dengan ketunaannya.[4]
          Pengertian Pendidikan Karakter Bangsa Tersirat dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia pasal 3 UU Sikdiknas menyebutkan
           “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membantu watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi, peserta didik agar menjadi manusia yang beriman yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
          Tujuan Pendidikan Nasional merupakan rumusan mengenai kualitas manusia modern yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh sebab itu rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar pengembangan pendidikan karakter bangsa. Untuk memudahkan wawasan arti pendidikan karakter bangsa perlu dikemukakan pengertian, istilah, pendidikan karakter bangsa. Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.          Pendidikan Karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/ atau kelompok yang unik baik sebagai warga negara. Karakter Bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa, karsa dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada diri tiap anak ada kemampuan atau potensi yang unik bagi dirinya. Dan hak-hak anak (child right) yang menyatakan bahwa semua anak memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk hidup dan berkembang secara penuh sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
           Anak berkebutuhan khusus adalah yang termasuk anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya. Perilaku anakanak ini yang antara lain terdiri dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti pada anak yang normal. Pada umumnya anak berkebutuhan khusus ini biasa. disebut anak tunagrahita. Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan mental dan intelektual sehingga berdampak pada perkembangan kognitif dan perilaku adaptifnya, seperti tidak mampu memusatkan pikiran, emosi tidak stabil, suka menyendiri dan pendiam, peka terhadap cahaya, dan lain-lain.[5]        Menurut Direktorat Pendidikan Luar Biasa  Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan atau penyimpangan (fisik, mental-inteleklual, sosial, emosional) dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya, sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.[6] Anak Berkebutuhan Khusus pada umumnya sudah intern pada sekolah regular. Salah satu sekolah inklusif yang ditunjuk adalah SDLB Negeri 0577704 Kwala Bingai , yang kemudian dijadikan sebagai subjek dalam penelitian ini. Dalam hal ini, poin yang akan dibahas adalah tingkah laku siswa ABK baik dalam hal yang bersifat positif atau negatif, karena tidak dapat dipungkiri bahwa tidak seluruh siswa ABK merupakan siswa yang pasif melainkan siswa yang aktif dan beberapa di antaranya cenderung destruktif.
            Para siswa ABK yang ada SDLB Negeri 0577704 Kwala Bingai memiliki berbagai macam karakteristik yang berbeda. Ada yang pendiam dan terlihat tenang, akan tetapi tidak mampu memusatkan perhatian. Ada pula yang terlalu aktif sehingga tidak mampu berkonsentrasi dalam belajar sehingga suka mengganggu teman sekelasnya. Ada yang tampak seperti anak normal, akan tetapi tidak mampu membaca dan menulis meskipun telah menjalani pendidikan khusus yang diberikan oleh guru ABK di waktu tertentu. Ada pula siswa ABK yang selalu mencari perhatian guru dengan melakukan hal-hal pada akhirnya membuat kegaduhan atau  lari ke luar kelas dan masuk ke kelas lain dengan  tujuan yang tidak jelas meski sudah diperingatkan untuk tidak melakukan hal tersebut. Bahkan ada siswa ABK yang lebih suka berkata dan bersikap tidak sopan baik kepada teman maupun guru.
            Anak tuna grahita ringan memiliki masalah pada rendahnya karakter sosial dan karakter pribadi. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa masalah perilakunya yaitu kurang mandiri, kurang tanggung jawab, kurang dapat mengatur diri, kurang dapat mengontrol diri, suka berkelahi, berbicara tidak sopan, tidak peduli ke orang lain dan suka menentang.[7] Tidak hanya itu, tidak semua karakter bisa ditanamkan  kepada siswa, mengingat ada beberapa karakter bangsa seperti toleransi dan bekerja keras sulit dibangun atau ditanmkan pada siswa ABK. Masalah lain juga timbul terhadap urgensi penanaman nilai pendidikan agam pada ABK belum tanpak terutama interaksi siswa ABK dengan guru. Sehingga ini merupakan tantangan bagi guru di SDLB Negeri 0577704 Kwala Bingai untuk menanamkan nilai-nilai karakter dan agama pada siswa ABK dan urgensi dari penanaman  pendidikan karakter dan agam pada siswa ABK di SDLB Negeri 0577704 Kwala Bingai.
            Setelah melihat keberadaan SDLB ini cukup berkembang, dan sudah lama berdiri bahkan satu-satunya sekolah SDLB di kabupaten Langkat, maka fokus kajian ini diarahkan pada SDLB. Selanjutnya diarahkan kepada pola pendidikan agama islam dan karakter bagi anak tunagrahita. Salah satu mata pelajaran yang diikuti oleh anak-anak tunagrahita di SDLB Kwala Bingai ini adalah Pendidikan agama islam (selanjutnya disebut PAI). Sebagai mata pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik, maka PAI harus disampaikan sesuai dengan  karakter peserta didik. Pentingnya PAI ini diberikan kepada peserta didik mengingat PAI bertujuan meningkatkan kualitas manusia dari aspek keimanan dan ketaqwaan. ABK secara prinsip juga memiliki kelebihan di samping kekhususan, untuk itu perlu dibimbing dan diarahkan. Temuan awal menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran di SDLB dikelompokkan sesuai dengan jenis kelainan yang dimiliki.
            Secara konseptual penanganan anak tunagrahita hendaknya dengan pola pembelajaran yang menyenangkan. Dalam pengertian harus mengarah kepada motivasi untuk belajar, mengedepankan proses, sehingga anak menjadi aktif, tidak jenuh dan menciptakan rasa nyaman dan betah dalam belajar. Uraian tersebut memberikan informasi bahwa dari aspek pembelajaran perlu dilakukan kajian lebih lanjut, terutama pembelajaran PAI. Mengingat agama merupakan bekal bagi manusia dalam menjalani kehidupan, demikian  penting  kiranya untuk dilanjutkan dalam bentuk penelitian dengan fokus pada pembelajaran anak tunagrahita.
B.     Rumusan Masalah
       Berdasarkan latar masalah yang telah dikemukakan di atas maka  masalah yang dirumuskan adalah:
1.      Bagaimana pola pendidikan agama islambagi siswa tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala Bingai, Kec Stabat. Kab. Langkat?
2.      Bagaimana pola pendidikan karakter bagi siswa tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala Bingai, Kec Stabat. Kab. Langkat?
3.      Bagaimanakah urgensinya pola pendidikan agama islamsiswa tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala Bingai, Kec Stabat. Kab. Langkat?
4.      Bagaimanakah urgensinya pola Pendidikan karakter bagi siswa tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala Bingai, Kec Stabat. Kab. Langkat?
C.    Metodologi Penelitian
            Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendeketan kualitatif, yaitu pendekatan yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh). Sehingga dalam halinitidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Penelitian ini adalah sebuah studi yang akan mengungkapkan, menemukan dan menggali informasi mengenai pola pendidikan agama islamdan karakter bagi anak-anak tunagrahita di SDLB Negeri 0577704 Kwala Bingai Kecamatan Stabat, Kab. Langkat.
            Sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.       Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.      Informasi dari Kepala Sekolah,
2.      Informasi dari Guru PAI
3.      Informasi dari wali  Siswa di SDLB Negeri 0577704 Kwala Bingai
b.      Tempat dan peristiwa berlangsungnya penelitian anak tunagrahita. yaitu  di SDLB Negeri 0577704 Kwala Bingai Kecamatan Stabat, Kab. Langkat
c.       Pada penelitian ini berfokus pada masalah pola Pendidikan agama islamdan karakter pada anak tunagrahita Latar Penelitian meskipun di SDLB SDLB Negeri 0577704 Kwala Bingai Kecamatan Stabat, Kab. Langkat. terdapat bermacam-macam anak berkebutuhan khusus.
Sementara itu instrument pengumpulan data dilakukan dengan cara: Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Data yang diperoleh lalu diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif model interaktif dari Miles dan Huberman yang terdiri dari: reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.
D.    Kajian Teori
Sejarah berdirinya SDLB Negeri 057704 Kwala Bingai kecamatan setabat, kabupaten langkat
Sekolah SDLB Negeri 057704 Kwala Bingai adalah satu satunya pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang  berada di jln. Proklamasi, Kwala Bingai, Kec. Stabat, Kab. Langkat Provinsi sumatera utara. didirikan pada tanggal 01 april 1983. SDLB Negeri Kwala Bingai ini mulai aktif berjalan pada tahun 1985 dan itu hanya memiliki kepala sekolah, guru agama satu orang dan guru ahli ABK 1 orang.  Barulah pada tahun 1986 datanglah enam orang tenaga pendidikan langsung dari jogja, barulah aktif persekolahhan seperti sekolah pada umumnya. Untuk bangunan sekolah pada awal berdirinya tidak sesuai yang diinginkan karena bangunan yang diberikan adalah bangunan sekolah SD pada umumnya,  barulah pada tahun 2005 ditambahlah bangunan-bangunan pendukung seperti laboraturium, perpustakaan, dan ditambahnya jumlah ruangan kelas. Selama SDLB Negeri berdiri hingga sekarang sudah mengalami dua kali pergantian Kepala  Sekolah, yaitu  pada kepemimpinan bapak Daudsyah dan kemudian bapak Sarmada hingga saat ini.
Visi Misi dan Tujuan SDLB Negeri Kwala Bingai
Visi SDLB Negeri Kwala Bingai yaitu “Mewujudkan peserta didik bertaqwa, cerdas, trampil, dan mampu mengurus dirinya sendiri, dan berwawasan limgkungan.
a.       Misi
Misi SDLB Negeri Kwala bingai yaitu:
1)      Melaksanakan proses pengajaran, pelatihan, pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus,
2)      Mempersiapkan peserta didik pada jenjang yang lebih tinggi,
3)      Memaksimalkan semua potensi sekolah dalam  meningkatkan pelayanan pada anak didik,
4)      Melaksanakan program ekstrakurikuler dan mengembangkan bakat peserta didik,
5)      Menciptakan kondisi yang kondusif, kreatif, inovatif dalam mendidik anak berkebutuhan khusus.
Pola Pendidikan Agama Islam
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi  pola merupakan model, contoh, acuan,system atau cara kerja  dan lain sebagainya.[8] Sedangkan pendidikan agama islammenurut bahasa (epitimolog), Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama, yuslimu, islaman, yang berarti memeliharahan dalam keadaan selamat sentosa, dan berarti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat.[9]  Secara istilah terminologi, Islam berarti suatu nama bagi agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seseorang Rasul.[10] Maka dapat disimpulkan bahwa islam adalah ajaran agama yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rasul yang membawa kesejahteraan bagi seluruh alam semesta.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pola Pendidikan agama islam adalah cara yang digunakan untuk proses memasukkan nilai-nilai Agama Islam pada diri peserta didik untuk mencapai tujuan yang mengarah kepada ketaqwaan dan akhlakul karimah sehingga membentuk pribadi yang sempurna, bertanggung jawab, dan baik dalam setiap perbuatan yang dilakukannya.
Secara kurikulum pola-pola tersebut di di atas, didesain menjadi beberapa macam diantaranya adalah:
a.       Materi pendidkan Islam lebih difokuskan kepada masalah sosio cultural masa kini untuk diproyeksikan ke masa depan, dengan kemampuan anak didik untuk mengungkapkan tujuan dan nilai-nilainya yang sesuai tuntunan tuhan.
b.       Pendidik: bertanggung jawab terhadap penciptaan situasi komunitas yang terpercaya.
c.       Anak didik: dalam proses belajar mengajar bersama-sama menghayati persepsi terhadap realitas kehidupan dan memperhatikan persepsi orang lain
1.      Pola-pola pendidikan agama islami
            Setiap pembelajaran memiliki tujuan dalam pengembangan kemampuan siswa ketika proses belajar mengajar, selain itu pemanfaatan teknologi juga membantu siswa dalam membantu terpenuhinya tujuan pembelajaran yang guru susun. Sehingga guru juga lebih mudah menjelaskan, menerapkan kepada siswa.Seperti kita ketahui bahwasannya pembelajaran tidak hanya dibutuhkan seorang guru di dalam kelas tetapi siswa pun membutuhkan media pendukung seperti alat bantu, sumber belajar, informasi yang dijadikan sebagai sarana dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini pola-pola pendidikan agama islamini dibagi menjadi ilustrasi pembelajaran yang berhubungan antara guru, siswa, dan media. Pola tersebut diantaranya.
a.       Pola Pembelajaran Tradisional
b.      Pola Pembelajaran Guru dengan Media
c.       Pola Pembelajaran yang Merupakan Tanggung Jawab Bersama antara Guru dan Media.
d.      Pola pembelajaran yang “Bermedia saja”
e.       Pola Pembelajaran Kombinasi.
            Menurut Muhaimin dalam bukunya yang berjudul Paradigma Pendidikan Islam mengemukakan bahwa Pendidikan agama islam adalah upaya mendidik agama Islam atau ajaran Islam dan nilai nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang.[11] Sedangkan Pendidikan agama islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan. Pada hakikatnya Pendidikan agama islam merupakan sebuah proses, dalam mengembangannya juga dimaksud sebagai rumpun mata pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun perguruan tinggi. Dengan demikian, Pendidikan agama islam dapat dimaknai dalam dua pengertian; 1) Sebagai sebuah proses penanaman ajaran Agama Islam, 2) Sebagai bahan kajian yang menjadi materi dari proses penanaman atau pendidikan itu sendiri.[12]
            Pendidikan agama islam adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan ketrampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya. Dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.[13] Sedangkan menurut Muhammad alim, pendidikan agama islam diartikan sebagai program yang terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama islam serta diikuti tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.[14] Maka dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran PAI merupakan mata pelajaran wajib pada semua jalur, jenjang pendidikan. Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali pertemuan setiap minggunya dengan materi pelajaran yang telah ditentukan sesui dengan standar kopetensi sesuai jenjang pendidikan. 




Pola Pendidikan Karakter
            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi  pola merupakan model, contoh, acuan,s ystem atau cara kerja  dan lain sebagainya [15]Pendidikan Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berprilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara[16]. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia lingkungan dan kebebasan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perbuatan dan perkataan berdasarkan norma agama, hukum, tatakrama, budaya, adat itiadat, dan etika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehar-hari baik dalam bersikap dan bertindak.[17] menyatakan; karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan dan mempermudah tindakan moral.
1.      Pola Pembentukan Karakter Anak
            Pada orang tua memainkan peranan penting dalam membantu mengembangkan karakter seorang anak terutama pada masa-masa rentan. Dasarnya adalah bergantung pada saat pengembangan karakter dimasa yang akan datang. Para orang tua perlu memahami beberapa hal yaitu:(1) Masing-masing anak adalah unik, (2) Perilaku orang tua mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembentukan karakter anak, (3) Mendorong kemandirian sejak awal, (4) Menghargai diri sendiri dan percaya diri, (5) Menanamkan perhatian dan memberi perhatian kepada orang lain, (6) Lingkungan yang baik akan membawa keberhasilan.[18]
            Pola pembentukan karakter anak dilihat dari tingkat sekolahnya, antara lain:[19]
(a) Usia Balita : berikan kesempatan beberapa detik untuk memiliki secara penuh, perkenalkan apa arti boleh dan tidak boleh dengan menggunakan ekspresi wajah, konsisten dan jangan menggunakan kekerasan suara dan fisik.
(b) Usia taman kanak-kanak : memberi kesempatan untuk memperhatikan, mencoba, dan bekerja sama. Perhatikan dan luruskan perilaku imitatif yang cenderung negatif, dan dukunglah anak untuk bisa berbagi dan mengeluh.
(c)Usia sekolah dasar : menghargai pendapatnya dan jangan menyalahkan, ajaklah dialog logika dan pengalaman, pujilah hal-hal yang baik dari penampilannya, bantulah dengan kalimat positif untuk bisa tampil lebih baik lagi.
(d) Usia sekolah menengah pertama : meningkatkan proses kedekatan dengan anak dengan melalui dialog dan berbagai cara, jadilah pendengar yang baik dan bukan menjadi hakim, jangan pernah menyela pembicaraan dan cerianya, dan jangan beri komentar atau nasihat sebelum tiba waktunya.
Tunagrahita
1.  Pengertian Tunagrahita
            tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mental deficiency, mental defective, dan lain-lain.[20]
2.      Klasifikasi Tunagrahita
            Pengklasifikasian anak tunagrahita penting dilakukan karena anak tunagrahita memiliki perbedaan individual yang sangat bervariasi . klasifikasi untuk anak tunagrahita bermacam-macam sesuai dengan disiplin ilmu maupun perubahan pandangan terhadap keberadaan anak tunagrahita Penggolongan anak tunagrahita untuk keperluan pembelajaran sebagai berikut:
1) Educable
            Anak yang masih mempunyai kemampuan akademik setara dengan anak regular  pada kelas 5 Sekolah Dasar.
2) Trainable
            Disini anak tunagrahita mempunyai kemampuan untuk mengurus diri dan mempertahankan diri, namun kemampuannya untuk mendapatkan pendidikan secara akademik sangat terbatas.
3) Custodial
            Pemberian latihan yang terus-menerus dan khusus sehingga dapat melatih anak rentang dasar-dasar cara untuk menolong dirinya sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif.[21]
            Penggolongan yang didasarkan pada taraf intelegensi, sebagai berikut:
a.       Tunagrahita Ringan (moron atau debil) IQ 68-52.
b.      Tunagrahita sedang (imbesil) IQ 51-36[22]
c.       Tunagrahita berat (severe) IQ antara 25-39.

E.     Temuan Peneliti
1.      Pola pendidikan agama islam bagi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Kwala Bingai
            Berdasarkan hasil wawancara pola yang dilakukan guru Pendidikan agama islam dalam mengajarkan materi pembelajaran adalah dengan pola Pola Pembelajaran Kombinasi Pola pembelajaran ini merupakan pola pembelajaran yang menggabungkan pola-pola yang ada. Pola pembelajaran ini dapat ditemui dalam lingkungan di luar kelas dan pendidikan luar sekolah.[23] Jadi, pola ini menggabungkan antara kurikulum yang digunakan, peran guru, dan media sehingga adanya kerjasama antara guru yang merancang pembelajaran dan media yang digunakan untuk memberikan informasi kepada siswa. Guru menggunakan teknik Pembiasaan pola gabungan ini, pembiasaan adalah sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama dan berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi pembiasaan. Pembiasaan menitik beratkan pada pengalaman yang diamalkan. Pola ini adalah rutinitas yang diajarkan secara langsung oleh guru kepada anak setiap saat melakukan aktivitas, sehingga anak menjadi terbiasa dan tanpa sadar melakukan kegiatan yang diajarkan secara mandiri tanpa perlu di perintah. Rasulullah sendiri menganjurkan pembiasaan tentunya dalam hal ibadah dan kebaikan.
            Dalam mengajar guru juga harus pintar untuk merangsang perhatian mereka perlu dilakukan kontak mata dan latihan konsentrasi, sebagai berikut:
1)      Kontak mata
2)      Konsentrasi

2.      Pola Pendidikan Karakter Bagi Siswa Tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala Bingai, Kec Stabat. Kab. Langkat
            Pola pendidikan karakter yang dilakukan di SDLB Kwala Bingai yaitu meningkatkan  proses kedekatan dengan anak dengan melalui dialog dan berbagai cara, jadilah pendengar yang baik dan bukan menjadi hakim, jangan pernah menyela pembicaraan dan cerianya, dan jangan beri komentar atau nasihat sebelum tiba waktunya. Pola Pendidikan Karakter menurut Khon merupakan upaya seluruh stakeholder sekolah untuk membentuk karakter peserta didik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan spikomotorik. Dari penelitian yang telah ditemukan, penenliti juga menemukan penerapan pendidikan karakter di sekolah SDLB 0577704. Dari hasil wawancara peneliti mendapatkan temuan bahwa guru agama memegang peranan penting dalam membentuk karakter anak. Hal ini telah dilakukan dengan baik.
3.   Urgensinya Pola Pendidikan agama islam Siswa Tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala Bingai
Pola pendidikan agama islam pada siswa Tunagrahita sangat penting, mengingat mereka memiliki intelegensi yang rendah. Sehingga pola pembiasaan dan pola intruksi satu arah sangat membantu proses pembelajaran pola ini termasuk didalam dari pola pembelajaran kombinasi. Walapun saat pemebelajaran mereka juga menggunakan berbagai metode yang tidak jauh berbeda dengan  metode siswa normal lainnya seperti metode ceramah, metode Tanya jawab, metode praktek dan sebagainya. Namun  pada saat aplikasinya harus disesuaikan dengan kemampuan mereka. Pola pembiasaan yang dilakukan berualang-ulang harus lebih sering dibandingkan dengan anak normal lainnya. Pembimbingan yang serba ekstra diberikan kepada mereka. Begitu juga dengan pola intruksi satu arah yang dilakukan guru kepada anak tunagrahita menjadi sebuah petunjuk bagi mereka untuk melakukan sesuatu sesuai dengan system pembelajaran yang dilakukan.

4.  Urgensi Pola Pendidikan Karakter Bagi Siswa Tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala Bingai
Pendidikan Karakater adalah hak setiap peserta didik baik yang normal maupun yang termasuk anak tunagrahita. Di dalam Al quran di sampaikan pada surah Al ahzab ayat 21 yaitu:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ  
“Sesungguhnya telah ada pada diri rasul itu suritauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah”
Dari ayat tersebut di atas diketahui bahwa tujuan rasulullah di utus untuk menjadi teladan bagi umat manusia. Hal ini di sebabkan karena beliau memiliki akhlakul karimah yang baik. Kemudian pada ayat tersebut juga dikatakan bahwa orang yang mengambil contoh kepada rasulullah Saw akan mendapatkan rahmat Allah Swt. Tentunya Anak tunagrahita juga berhak mendapatkan rahmat Allah maka dari itu pentinga baginya untuk mendapatkan pendidikan karakter. pendidikan karakter ini juga berfungsi untuk kehidupan bersosialnya sehari-hari.
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti, diketahui bahwasanya di sekolah SDLB 057771 ini telah melaksanakan  pola pendidikan usia sekolah dasar yaitu menghargai pendapatnya dan jangan menyalahkan, ajaklah dialog logika dan pengalaman, pujilah hal-hal yang baik dari penampilannya, bantulah dengan kalimat positif untuk bisa tampil lebih baik lagi.
Hal ini dilaksanakan karena pihak penyelenggara pendidikan baik itu kepala sekolah, dewan guru dan seluruh jajaran meyakini bahwanya pendidikan karakter ini sangat penting bagi anak tunagrahita. Dan seluruh jajaran lembaga ikut bertanggung jawab dalam  proses penanaman pendidikan karakter ini, dan yang menjadi penanggung jawab utama adalah kedua guru Agama agar karakter yang ditanamkan tidak terlepas dari nilai-nilai Agama yang disebut dengak akhlaqul karimah. 
Terbukti dengan kesopanan yang ditampilkan para siswa tersebut mereka tanpa segan mencium  tangan jika bertemu orang yang lebih dewasa. Saling tolong menolong antar sesama. Mereka menunjukkan bahwa walaupun mereka memiliki kekurangan namun akhlaqul karimah mereka tidak berbeda dengan anak yang memiliki integensi sempurna lainnya.

F.     Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Pola pendidikan agama islam bagi siswa tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala Bingai, Kec Stabat. Kab. Langkat menggunakan pola pembelajaran kombinasi dimana guru menjalankan pola-pola pembelajaran dengan baik dengan mengkombinasikan dari berbagai pola, disini guru menggunakan pola pembiasaan dan pola intruksi satu arah. Guru sangat memperhatikan dan melakukan pendekatan perindividu ada beberapa hal yang harus diperhatiakan untuk merangsang perhatian mereka yaitu menenamkan kepatuhan, melakukan kontak mata langsung perindividu, Selain itu ada juga beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi guru dalam proses pembelajaran, yaitu menggunakan suara jelas dan keras, pemberian instruksi jelas, singkat dan menggunakan bahasa yang sederhana.
2.      Pola Pendidikan karakter bagi siswa tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala Bingai, Kec Stabat. Kab. Langkat  Pola pembentukan karakter anak dilihat dari tingkat sekolahnya usia sekolah dasar yaitu menghargai pendapatnya dan jangan menyalahkan, ajaklah dialog logika dan pengalaman, pujilah hal-hal yang baik dari penampilannya, bantulah dengan kalimat positif untuk bisa tampil lebih baik lagi. menggunakan telah ditanamkan dan yang paling berperan menanamkan pendidikan karakter adalah guru agama adapun nilai yang ditanamkan seperti nilai religi, nilai kejujuran, social, tanggung jawab dan tolong menolong.
3.      Urgensi pola pendidikan agama islam siswa tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala Bingai, Kec Stabat. Kab. Langkat  dianggap sangat penting mengingat tuntutan dan tantangan keberhasilan pengajaran sangat besar. Sehingga pola pengajaran telah dilaksanakan dengan baik.
4.      Urgensinya pola Pendidikan karakter bagi siswa tunagrahita di SDLB 0577704 Negeri Kwala Bingai, pola Pendidikan karakter tidak terlepas dari pendidikan agama islam karena pembentukan karakter siswa hampir sepenuhnya terbentuk dari pendidikan agama. Pola Pendidikan karakter sangat penting untuk pembentukan kepribadian dan intelegensi atau kecerdasan bagi siswa ABK serta dapat menjadi reverensi bagi sekolah SLB lainnya dalam melaksanakan pola pendidikan karakter.

G.    Daftar Pustaka
Alim, Muhammad, pendidikan agama islam  upaya pembentukan pemikiran dan kepribadian muslim, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011
Ali, Zainudin, dkk. Pendidikan agama islam Kontenporer, Jakarta:Yamiba, 2015
Arismantoro. Character Building: Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008
Darninta, Purwa, Kamus Umum  Bahasa Indonesia , Jakarta: Balai Pustaka, 2001
Direktorat Pendidikan Luar Biasa.. Pedoman Umum PenyelenggaraanPendidikan Inklusif. Jakarta: Dirjendikdasmen, 2004,
Kemis, Ati Rosnawati, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita, Jakarta: Luxima Metro Media, 2013,
lampiran peraturan  kemdikbud. / bpnbambon/ 2014/ 06/ 06
Meria, Aziza, Model Pembelajaran Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita, Di SDLB YPPLB Padang Sumatera Barat, Vol. 11, No. 2 Th,.2015
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2004, Cet III,
Misnatun, Pola Pembentukan Karakter Anak Melalui Pendidikan Ramah Anak Dalam Perspektif Pendidikan Islam ,Vol. 5, No. 2,Th, 2016   
Nazarudin, Managemen Pembelajaran (Implementasi Konsep Karakteristik dan Metodologi Pendidikan agama islam di Sekolah Umum), Jogjakarta: Teras, 2007,
Pidarta , Made, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014, Cet. III
Purwadarninta, Kamus Umum  Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2001
Somantri, T. Sutjihati, Psikologi Anak Luar Biasa,Bandung: PT. Refika Aditama, 2017
Tri Na’imah, dkk,  Pendidikan Karakter Untuk Anak Berkebutuhan Khusus , Studi Relasi Gender Pada Keluarga Yang Memiliki Anak Tuna Grahita Ringan, Vol 1, No.1, Th, 2015
Warsono, dkk, Kebudayaan. kemdikbud.go. id mengutip Jack Corley dan Thomas Philip ,2000
Yosiani, Novita, Relasi Karakteristik Anak Tunagrahita Dengan Pola Tata Ruang Belajar Di Sekolah Luar Biasa, Vol. 1, No. 2 .Th, 2014


                        [1]Made Pidarta, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014), Cet. III, h. 1.
[2]Aziza Meria, Model Pembelajaran Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita( Di SDLB YPPLB Padang Sumatera Barat), Vol. 11, No. 2 Th,.2015
                        [3]Tri Na’imah, dkk, Pendidikan Karakter Untuk Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Relasi Gender Pada Keluarga Yang Memiliki Anak Tuna Grahita Ringan) Vol 1, No.1, Th, 2015
[4] Ibid
            [5] Novita Yosiani, Relasi Karakteristik Anak Tunagrahita Dengan Pola Tata Ruang Belajar Di Sekolah Luar Biasa, Vol. 1, No. 2 .Th, 2014
                        [6]Direktorat Pendidikan Luar Biasa.. Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif.( Jakarta: Dirjendikdasmen, 2004), h.5
            [7]Tri Na’imah, dkk, Pendidikan Karakter Untuk Anak Berkebutuhan Khusus ,Studi Relasi Gender Pada Keluarga Yang Memiliki Anak Tuna Grahita Ringan, Vol 1, No.1, Th, 2015
[8]Purwadarninta, Kamus Umum  Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001) h. 531
                  [9]Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam  Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011)h. 91          
[10] Ibid,. h. 92
                        [11]Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2004), Cet III, h. 30
                        [12]Nazarudin, Managemen Pembelajaran (Implementasi Konsep Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum), (Jogjakarta: Teras, 2007), h.2.
            [13]Zainudin Ali, dkk. Pendidikan Agama Islam Kontenporer, (Jakarta:Yamiba, 2015)h. 3      
            [14]Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan pemikiran dan kepribadian Muslim(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011)h.6
[15] Purwadarninta, Kamus Umum  Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001) h. 531
            [16]lampiran peraturan  kemdikbud. / bpnbambon/ 2014/ 06/ 06
                        [17]Warsono, dkk, Kebudayaan. kemdikbud.go. id mengutip Jack Corley dan Thomas Philip ,2000
                  [18]Misnatun, Pola Pembentukan Karakter Anak Melalui Pendidikan Ramah Anak Dalam Perspektif Pendidikan Islam ,Vol. 5, No. 2,Th, 2016 
                  [19]Arismantoro. Character Building: Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), h.3-4
            [20]T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa,(Bandung: PT. Refika Aditama, 2017),h. 103
                        [21]Kemis, Ati Rosnawati, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita…, h. 12.
                  [22] T. Sutjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa…, h. 106-107
[23] Ibid,. hal.216

Tidak ada komentar:

Posting Komentar